BUDAYA BACA MELALUI INOVASI LITERASI
Membudayakan
literasi di sekolah tidak semudah membalikkan telapak tangan. Diperlukan
perjuangan dan rasa tanggung jawab untuk memajukan anak didik. Itulah yang kita
lakukan pada awal semester ganjil tahun pelajaran 2017. Berkoordinasi kepada
semua pihak, baik kepala sekolah, guru, pengawas, komite sekolah, dan masyarakat
serta siswa itu sendiri dilakukan dengan menyosialisasikan Gerakan Literasi
Sekolah (GLS).
Pertemuan dan
perencanaan dilakukan untuk menyusun rencana dan bentuk kegiatan yang akan
dilakukan dalan membudayakan literasi di sekolah. Satu kata adalah komitmen
untuk gerakan literasi. Kesepakatan itu melibatkan semua pihak dan harus diawasi
dan terbuka untuk di evaluasi.
Pada hari
pertama, siswa masih tidak terbiasa untuk membaca di luar ruangan. Mereka
kelihatan malu, dan masih banyak yang bermain. Selama satu minggu berjalan,
literasi di sekolah kami tentunya sudah mengalami kemajuan. Setidaknya mereka
sudah terbiasa memegang buku dan sesekali menengok bukunya.
Untuk hari-hari
selanjutnya kami kembali berkumpul mengevaluasi Gerakan Literasi di Sekolah.
Ide dan inovasi mulai dipaparkan oleh guru. Di lapangan yang dikelilingi tembok
yang berfungsi tempat duduk, siswa duduk berjajar berkelompok sesuai dengan
kelasnya. Dipimpin kepala sekolah dan dibantu dengan guru kelas. Satu persatu
siswa ke depan untuk memaparkan apa yang di bacanya. Tidak semua siswa
memaparkan apa yang dibaca karena keterbatasan waktu. Demikian yang
dilakukan setiap harinya dengan bentuk
literasi yang beranekaragam. Ada materi tentang keagamaan, perkebunan,
bagaimana mencuci tangan dengan sabun, menyikat gigi yang baik dan benar, perkalian,
menyanyikan lagu wajib dan materi lainnya.
Yang lebih
berkesan bagi peserta didik ketika diadakan acara “rabu pintar”. Rabu pintar
kita istimewakan untuk melakukan kegiatan yang lebih interaktif terhadap siswa.
Pada hari itu siswa menuliskan cita-citanya di kertas kecil dan menempelkannya
di karton manila. Sebelumnya kami berikan motivasi tentang pentingnya
menghadapi kehidupan ini. Tidak ada hidup yang mudah, semuanya dilewati dengan
penuh cobaan dan rintangan.
Halaman depan sekolah
terdapat kebun sesuai dengan binaan kelas masing-masing. Selama dua minggu siswa membaca tulisan yang
kami unduh dari internet tentang tanaman, berkebun, jenis tanaman tumbuhan
hijau, dan cara mengolah sampah menjadi pupuk kandang. Semua materi dikemas
sedimikian rupa sehingga menjadi menarik. Mereka membaca di kebun masing-masing
di bawah bimbingan guru kelas. Pada saat
muatan lokal diajarkan mereka mempraktikkan apa yang sudah dibacanya.
Ketersediaan
buku di sekolah cukup memadai. Kita maksimalkan dengan memanfaatkan
perpustakaan. Perpustakaan dimaksimalkan sebagai salah satu sarana penunjang
proses kegiatan belajar mengajar. Setiap harinya pada jam istirahat pertama siswa
meminjam dan mengembalikan buku sesuai
dengan jadwal. Siswa membaca sesuai dengan hari yang ditentukan berdasarkan
kelasnya. Siswa menjadikan perpustakaan sarana untuk membudayakan literasi. Ini
semuanya tercapai dengan kerjasama semua pihak. Peran orang tua untuk
mensukseskan budaya literasi di keluarga sangat diharapkan. Mereka memerhatikan
jurnal bacaan yang harus diisi.
Khusus di kelas,
diperlukan perencanaan dan inovasi. Itu semua dilakukan untuk membuat peserta
didik senang dan tidak merasa terpaksa untuk membaca. Maka diperlukan tindakan
yang sifatnya menyertakan kegiatan yang tidak nampak membacanya. Melainkan ada
unsur bermainnya. Kegiatan sejenis ini
merupakan salah satu upaya percepatan pembangunan bidang pendidikan
untuk menumbuhkan budi pekerti melalui budaya literasi.
Untuk
meningkatkan budaya baca di sekolah khususnya literasi kelas perlu dilakukan
inovasi dalam berliterasi. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan budaya gemar membaca peserta didik. Semuanya
itu bisa dimulai dengan membuat lorong literasi, kantin literasi, sudut baca, kolam literasi, pajangan karya peserta didik, menonton film pendidikan dan reading day.
Bentuk inovasi
literasi yang kami sudah lakukan adalah:
Ø Lorong Literasi
Mulai dari kelas
satu sampai kelas enam, di depan kelas bagian plafon digantungkan gelas plastik
berwarna. Siswa mengumpulkannya dan mencat gelas bekas tersebut dengan berbagai
warna. Di bagian bawah dan atas gelas terdapat kata-kata yang sifatnya mendidik.
Ketika kita berjalan di depan kelas maka terasa nyaman dan indah dipandang
melihat gelas yang penuh warna dan kata-kata yang bergoyang. Kata itu punya
makna masing-masing ketika guru kelas memfungsikan sesuai dengan materi ajar.
Misalnya, untuk membuat kalimat. Cukup dengan mengarahkan siswa ke depan kelas
dan mencari kata yang akan dibuatkan kalimat. Mencari arti kata tersebut dengan
menggunakan kamus dilakukan kelas enam. Menyusun huruf sehingga menjadi kalimat
dilakukan kelas satu. Sebuah inovasi dengan memanfaatkan ruang yang ada.
Ø Kantin Literasi
Di kantin
kejujuran bukan hanya makanan yang di jual. Disana terdapat materi yang di
unduh dari internet. materinya tentang kantin. Pada saat siswa berkunjung ke
kantin mereka sejenak memanfaatkan waktu dengan membaca sambil jajan.
Ø Sudut Baca
Membuat sudut
baca di dalam kelas adalah merupakan salah satu cara meningkatkan minat baca
siswa. Proses pembuatannya tentu harus melibatkan siswa mulai dari awal sampai
pada tahap akhir. Perlu diketahui, yang akan menjadi objek utama dari pembuatan
sudut baca ini adalah siswa. Siswa diharapkan mendesain sudut baca sebaik mungkin agar betah membaca. Buku yang
ada disesuaikan dengan usia siswa dan kebutuhan akan pembelajaran yang di
capai. Untuk mengukur sejauh mana siswa membaca tentu diperlukan koordinator
atau tanggung jawab diberikan kepada ketua kelas dalam mengkoordinir temanya.
Disudut baca
ini, disediakan dan disiapkan program baca. Setiap harinya ada yang bertugas
untuk menata buku yang kami integrasikan dengan daftar tugas kebersihan kelas. Setiap yang bertugas
maupun yang memanfaatkan sudut baca ini merasa bertanggung jawab untuk menata
dan menjaga sudut baca. Penataan dilakukan dengan memajang hasil karya siswa di
dinding sudut baca, kata-kata motivasi dan hiasan yang merupakan hasil karya
siswa terkait literasi.
Kami juga
memiliki program jurnal baca. Melalui jurnal ini kami bisa mengetahui buku-buku
yang sudah dibaca. Pada hari sabtu pada jam akhir selama 30 menit, setiap siswa
menyampaikan intisari bacaannya. Sebagai guru tinggal mengarahkan agar suasana
bisa kondusif dengan mengajak siswa yang lain juntuk menaggapinya. Proses
tanggapan terkadang dihubungkan dengan situasi terkini maupun keadaan yang sifatnya
bisa membangun semangat dan motifasi siswa untuk belajar dan khususnya minat
baca siswa.
Penyediaan
sumber bacaan, kami sediakan melalui buku perpustakaan. Penyediaan buku melalui
proses dengan berasas kebutuhan siswa untuk tingkat kelasnya. Majalah kami
sediakan, dan informasi yang lainnya
kami unduh dari internet. Tujuannya adalah agar siswa tidak ketinggalan
informasi.
Siswa mengaku
bahwa setelah adanya sudut baca kelas situasi menjadi dinamis. Disaat istirahat
kebanyakan siswa memanfaatkan waktunya untuk membaca. Untuk mendapatkan hasil
yang maksimal dalam berliterasi di sudut baca ini diperlukan usaha yang
sungguh-sungguh. Diperlukan sosialisasi dan strategi untuk menumbuhkan dan
menjaga semangat baca siswa.
Ø Kolam Literasi
Di sudut ruang
kelas yang lain kami dirikan kolam ikan. Panjang kolam ikan 300 centimeter dan
lebar 80 centimeter dan tinggi 50
centimeter. Kolam literasi ini merupakan upaya dalam lingkungan kelas yang
afektif sebagai model komunikasi yang interaktif terhadap siswa. Di kolam ikan
ini dihadirkan sebagai media literasi untuk mengetahui materi pembelajaran yang
relevan. Sebagai contoh: (1) media proses terjadinya hujan. Plafon kelas
diikatkan tali kemudian digantungkan gambar awan, tandah panah, matahari, air
hujan, dan istilah yang digunakan dalam proses terjadinya hujan. (2) bagaimana
ikan yang ada di kolam bisa hidup akan dijelaskan dengan kegiatan membaca di
depan kolam dan membedah ikan tersebut untuk melihat organ pernapasannya.
Kolam ikan ini
juga dipadukan dengan sudut baca yang tempatnya melantai. Keduanya menyatu
dengan menampakkan situasi yang kondusif dan bersahabat. Di sekitaran kolam
literasi ditempatkan identitas atau lambang tunas kelapa, sendok/garpu, tempat
sampah, rumah, kebun dan lambang lainnya. Semuanya didesain dengan menyediakan
bahan bacaan sesuai dengan identitas tersebut. Untuk lambang tunas kelapa
disediakan materi kepramukaan. Lambang
sendok/garpu disediakan bacaan tentang makanan yang sehat, pola hidup sehat,
dan penyajian makanan. Lambang tempat sampah disediakan bacaan cara memilah
sampah, dan mengolah sampah menjadi media maupun sebagai pupuk. Bahan bacaan
ini nantinya dirotasi secara berkala sesuai dengan kebutuhan untuk
menghilangkan rasa kejenuhan.
Ø Pajangan Karya
Peserta Didik
Pemajangan karya
peserta didik merupakan hasil dari pembelajaran yang di pandu oleh guru. Tujuan
dari pemajangan pekerjaan siswa dapat meningkatkan tanggungjawab siswa dalam
perkembangan belajarnya. Kelas yang dipenuhi dengan karya siswa merupakan pemandangan
yang menyenangkan dan memberi pesan akan arti proses pembelajaran yang
bermakna.
Proses
pemajangan tetap melibatkan peserta didik dan guru, baik proses tempat
pemajangan dan memeliharanya. Pada materi pembelajaran terdapat hasil karya
berupa proyek yang menuntut siswa menghasilkan karya. Secara tidak langsung
siswa terlatih menggunakan alat dan bahan seperti gunting, lem, penggaris, dan
mewarnai. Siswa juga dapat mengembangkan keterampilan berorganisasi dan
pengambilan keputusan. Semua karya siswa bisa dipajangkan dan dihimpun dalam
satu tempat yang biasa disebut kumpulan tugas maupun karya siswa dalam bentuk
fortofolio.
Mengapa kita
selalu memajang hasil karya siswa. Demikian komentar guru setiap melakukan
tindakan tersebut. Sebagai guru senantiasa memberi motivasi, bahwa apa yang
kita lihat, baca, renungkan, akan menghasilkan karya yang sungguh luar biasa.
Menghargai karya siswa oleh guru adalah bentuk penghargaan yang tertinggi.
Ø Menonton film
pendidikan
Menonton film
merupakan bagian dari literasi visual. Literasi visual ini merupakan bagian
literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan
kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audio-visual secara
kritis dan bermartabat. Dalam kurung waktu satu semester akan diadakan nonton
film dua kali. Tentu harapan kita dari
kegiatan ini adalah memotivasi anak untuk lebih giat belajar, membaca, dan
tidak mudah putus asa akan kehidupan yang mereka jalani. Melalui film
pendidikan banyak hikmah hidup yang bisa dijadikan panutan dan memotivasi
hidup.
Film pendidikan
yang ditayangkan tentunya memiliki karakteristik yang tidak dimiliki film
lainnya. Film pendidikan tentunya mudah dipahami, alur ceritanya sederhana
namun penuh makna, membentuk karakter peserta didik (masyarakat), mempunyai
tujuan yang jelas, dan mengembangkan sikap mental.
Pengalaman dari
menonton film pendidikan dapat memberikan efektivitas peserta didik dalam
mengolah imajinasinya untuk membedakan tayangan yang sifatnya dapat merusak
mental. Setelah siswa menonton film, bersama dengan guru mendiskusikan atau mengadakan
bedah film. Ini dilakukan pada kegiatan reading
day pada jam kedua dari jam pembelajaran dalam satu hari. Siswa diberikan
kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya atau memaparkan apa yang sudah di
nonton dari film tersebut.
Ø Reading Day
Untuk
mendapatkan informasi yang lebih tentu kita perlu banyak membaca. Dengan
membaca kita akan menjelajahi dunia. Itulah sekadar informasi yang selalu
disampaikan kepada peserta didik pada hari membaca atau reading day yang
dilaksanakan satu kali dalam sebulan. Pada hari itu dilaksanakan berbagai
kegiatan diantaranya; membaca baik guru
maupun siswa di kelas, nonton film
pendidikan, mempersentasikan menu makanan yang dibawa ke sekolah, membuat puisi
berdasarkan benda ataupun lingkungan yang sudah ditentukan, membaca cepat, dan
mengarang. Kesemuanya itu didesain dengan penuh keceriaan dan peserta didik
seakan berpesta ceria pada hari itu.
Kegiatan semacam
itu dapat menumbuhkan semangat dan minat baca siswa. Tidak sampai disitu,
setiap hari seninnya selesai upacara diumumkan siswa yang literasinya aktif
selama satu bulan penuh. Tentunya setiap kelas ada juaranya. Kegiatan ini
dimulai pada bulan september. Pemenangnya didapatkan dengan melalui penilaian
masing-masing guru kelas.
Diakhir tahun
pelajaran kami sudah rencanakan untuk meresmikan rumah belajar yang tempatnya
ada di pohon sudut lapangan. Rumah belajar ini nantinya menjadi inovasi
selanjutnya yang melibatkan pengawas dan komite sekolah. Semua bahan dan alat
untuk pembuatan rumah belajar di biayai oleh masyarakat. Bersamaan dengan itu
akan direncanakan pameran literasi. Semua orang tua siswa akan diundang untuk
melihat hasil karya anaknya. Ruang kelas dan halaman sekolah kita manfaatkan
untuk kegiatan ini.
Membaca, menulis,
menonton film pendidikan,dan pameran
literasi hendaknya dilakukan supaya ide berkembang. Karena dengan membaca hidup
akan menjadi berkualitas. Dengan menulis kita akan dikenang sepanjang masa.
Siswa membaca akan membuktikan ide dan budaya baca yang maksimal. Gerakan
literasi Sekolah akan terwujud ketika kita bergandeng tangan, bersatu dan
menyatu dengan siapa saja. Kita jadikan buku sebagai teman dan sahabat yang
akan menemani kita dikalah susah maupun senang. Semangat literasi tidak sampai disitu
selama masih ada peserta didik dan keinginan untuk berubah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar