Breaking News

Minggu, 15 Oktober 2017

BUDAYA BACA MELALUI INOVASI LITERASI

BUDAYA BACA MELALUI INOVASI LITERASI

Membudayakan literasi di sekolah tidak semudah membalikkan telapak tangan. Diperlukan perjuangan dan rasa tanggung jawab untuk memajukan anak didik. Itulah yang kita lakukan pada awal semester ganjil tahun pelajaran 2017. Berkoordinasi kepada semua pihak, baik kepala sekolah, guru, pengawas, komite sekolah, dan masyarakat serta siswa itu sendiri dilakukan dengan menyosialisasikan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
Pertemuan dan perencanaan dilakukan untuk menyusun rencana dan bentuk kegiatan yang akan dilakukan dalan membudayakan literasi di sekolah. Satu kata adalah komitmen untuk gerakan literasi. Kesepakatan itu melibatkan semua pihak dan harus diawasi dan terbuka untuk di evaluasi.
Pada hari pertama, siswa masih tidak terbiasa untuk membaca di luar ruangan. Mereka kelihatan malu, dan masih banyak yang bermain. Selama satu minggu berjalan, literasi di sekolah kami tentunya sudah mengalami kemajuan. Setidaknya mereka sudah terbiasa memegang buku dan sesekali menengok bukunya.
Untuk hari-hari selanjutnya kami kembali berkumpul mengevaluasi Gerakan Literasi di Sekolah. Ide dan inovasi mulai dipaparkan oleh guru. Di lapangan yang dikelilingi tembok yang berfungsi tempat duduk, siswa duduk berjajar berkelompok sesuai dengan kelasnya. Dipimpin kepala sekolah dan dibantu dengan guru kelas. Satu persatu siswa ke depan untuk memaparkan apa yang di bacanya. Tidak semua siswa memaparkan apa yang dibaca karena keterbatasan waktu. Demikian yang dilakukan  setiap harinya dengan bentuk literasi yang beranekaragam. Ada materi tentang keagamaan, perkebunan, bagaimana mencuci tangan dengan sabun, menyikat gigi yang baik dan benar, perkalian, menyanyikan lagu wajib dan materi lainnya.
Yang lebih berkesan bagi peserta didik ketika diadakan acara “rabu pintar”. Rabu pintar kita istimewakan untuk melakukan kegiatan yang lebih interaktif terhadap siswa. Pada hari itu siswa menuliskan cita-citanya di kertas kecil dan menempelkannya di karton manila. Sebelumnya kami berikan motivasi tentang pentingnya menghadapi kehidupan ini. Tidak ada hidup yang mudah, semuanya dilewati dengan penuh cobaan dan rintangan.
Halaman depan sekolah terdapat kebun sesuai dengan binaan kelas masing-masing.  Selama dua minggu siswa membaca tulisan yang kami unduh dari internet tentang tanaman, berkebun, jenis tanaman tumbuhan hijau, dan cara mengolah sampah menjadi pupuk kandang. Semua materi dikemas sedimikian rupa sehingga menjadi menarik. Mereka membaca di kebun masing-masing di bawah bimbingan guru kelas.  Pada saat muatan lokal diajarkan mereka mempraktikkan apa yang sudah dibacanya.
Ketersediaan buku di sekolah cukup memadai. Kita maksimalkan dengan memanfaatkan perpustakaan. Perpustakaan dimaksimalkan sebagai salah satu sarana penunjang proses kegiatan belajar mengajar. Setiap harinya pada jam istirahat pertama siswa meminjam  dan mengembalikan buku sesuai dengan jadwal. Siswa membaca sesuai dengan hari yang ditentukan berdasarkan kelasnya. Siswa menjadikan perpustakaan sarana untuk membudayakan literasi. Ini semuanya tercapai dengan kerjasama semua pihak. Peran orang tua untuk mensukseskan budaya literasi di keluarga sangat diharapkan. Mereka memerhatikan jurnal bacaan yang harus diisi.
Khusus di kelas, diperlukan perencanaan dan inovasi. Itu semua dilakukan untuk membuat peserta didik senang dan tidak merasa terpaksa untuk membaca. Maka diperlukan tindakan yang sifatnya menyertakan kegiatan yang tidak nampak membacanya. Melainkan ada unsur bermainnya. Kegiatan sejenis  ini merupakan salah satu upaya percepatan pembangunan bidang pendidikan  untuk  menumbuhkan budi pekerti melalui budaya literasi.  
Untuk meningkatkan budaya baca di sekolah khususnya literasi kelas perlu dilakukan inovasi dalam berliterasi. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan  budaya gemar membaca peserta didik. Semuanya itu bisa dimulai dengan membuat lorong literasi, kantin literasi, sudut baca,  kolam literasi, pajangan karya peserta didik,  menonton film pendidikan dan reading day.
Bentuk inovasi literasi yang kami sudah lakukan adalah:
Ø  Lorong Literasi
Mulai dari kelas satu sampai kelas enam, di depan kelas bagian plafon digantungkan gelas plastik berwarna. Siswa mengumpulkannya dan mencat gelas bekas tersebut dengan berbagai warna. Di bagian bawah dan atas gelas terdapat kata-kata yang sifatnya mendidik. Ketika kita berjalan di depan kelas maka terasa nyaman dan indah dipandang melihat gelas yang penuh warna dan kata-kata yang bergoyang. Kata itu punya makna masing-masing ketika guru kelas memfungsikan sesuai dengan materi ajar. Misalnya, untuk membuat kalimat. Cukup dengan mengarahkan siswa ke depan kelas dan mencari kata yang akan dibuatkan kalimat. Mencari arti kata tersebut dengan menggunakan kamus dilakukan kelas enam. Menyusun huruf sehingga menjadi kalimat dilakukan kelas satu. Sebuah inovasi dengan memanfaatkan ruang yang ada.
Ø  Kantin Literasi
Di kantin kejujuran bukan hanya makanan yang di jual. Disana terdapat materi yang di unduh dari internet. materinya tentang kantin. Pada saat siswa berkunjung ke kantin mereka sejenak memanfaatkan waktu dengan membaca sambil jajan.
Ø  Sudut Baca
Membuat sudut baca di dalam kelas adalah merupakan salah satu cara meningkatkan minat baca siswa. Proses pembuatannya tentu harus melibatkan siswa mulai dari awal sampai pada tahap akhir. Perlu diketahui, yang akan menjadi objek utama dari pembuatan sudut baca ini adalah siswa. Siswa diharapkan mendesain sudut baca  sebaik mungkin agar betah membaca. Buku yang ada disesuaikan dengan usia siswa dan kebutuhan akan pembelajaran yang di capai. Untuk mengukur sejauh mana siswa membaca tentu diperlukan koordinator atau tanggung jawab diberikan kepada ketua kelas dalam mengkoordinir temanya.
Disudut baca ini, disediakan dan disiapkan program baca. Setiap harinya ada yang bertugas untuk menata buku yang kami integrasikan dengan daftar  tugas kebersihan kelas. Setiap yang bertugas maupun yang memanfaatkan sudut baca ini merasa bertanggung jawab untuk menata dan menjaga sudut baca. Penataan dilakukan dengan memajang hasil karya siswa di dinding sudut baca, kata-kata motivasi dan hiasan yang merupakan hasil karya siswa terkait literasi.
Kami juga memiliki program jurnal baca. Melalui jurnal ini kami bisa mengetahui buku-buku yang sudah dibaca. Pada hari sabtu pada jam akhir selama 30 menit, setiap siswa menyampaikan intisari bacaannya. Sebagai guru tinggal mengarahkan agar suasana bisa kondusif dengan mengajak siswa yang lain juntuk menaggapinya. Proses tanggapan terkadang dihubungkan dengan situasi terkini maupun keadaan yang sifatnya bisa membangun semangat dan motifasi siswa untuk belajar dan khususnya minat baca siswa.
Penyediaan sumber bacaan, kami sediakan melalui buku perpustakaan. Penyediaan buku melalui proses dengan berasas kebutuhan siswa untuk tingkat kelasnya. Majalah kami sediakan, dan informasi  yang lainnya kami unduh dari internet. Tujuannya adalah agar siswa tidak ketinggalan informasi.
Siswa mengaku bahwa setelah adanya sudut baca kelas situasi menjadi dinamis. Disaat istirahat kebanyakan siswa memanfaatkan waktunya untuk membaca. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam berliterasi di sudut baca ini diperlukan usaha yang sungguh-sungguh. Diperlukan sosialisasi dan strategi untuk menumbuhkan dan menjaga semangat baca siswa.
Ø  Kolam Literasi
Di sudut ruang kelas yang lain kami dirikan kolam ikan. Panjang kolam ikan 300 centimeter dan lebar  80 centimeter dan tinggi 50 centimeter. Kolam literasi ini merupakan upaya dalam lingkungan kelas yang afektif sebagai model komunikasi yang interaktif terhadap siswa. Di kolam ikan ini dihadirkan sebagai media literasi untuk mengetahui materi pembelajaran yang relevan. Sebagai contoh: (1) media proses terjadinya hujan. Plafon kelas diikatkan tali kemudian digantungkan gambar awan, tandah panah, matahari, air hujan, dan istilah yang digunakan dalam proses terjadinya hujan. (2) bagaimana ikan yang ada di kolam bisa hidup akan dijelaskan dengan kegiatan membaca di depan kolam dan membedah ikan tersebut untuk melihat organ pernapasannya.
Kolam ikan ini juga dipadukan dengan sudut baca yang tempatnya melantai. Keduanya menyatu dengan menampakkan situasi yang kondusif dan bersahabat. Di sekitaran kolam literasi ditempatkan identitas atau lambang tunas kelapa, sendok/garpu, tempat sampah, rumah, kebun dan lambang lainnya. Semuanya didesain dengan menyediakan bahan bacaan sesuai dengan identitas tersebut. Untuk lambang tunas kelapa disediakan materi kepramukaan.  Lambang sendok/garpu disediakan bacaan tentang makanan yang sehat, pola hidup sehat, dan penyajian makanan. Lambang tempat sampah disediakan bacaan cara memilah sampah, dan mengolah sampah menjadi media maupun sebagai pupuk. Bahan bacaan ini nantinya dirotasi secara berkala sesuai dengan kebutuhan untuk menghilangkan rasa kejenuhan.
Ø  Pajangan Karya Peserta Didik
Pemajangan karya peserta didik merupakan hasil dari pembelajaran yang di pandu oleh guru. Tujuan dari pemajangan pekerjaan siswa dapat meningkatkan tanggungjawab siswa dalam perkembangan belajarnya. Kelas yang dipenuhi dengan karya siswa merupakan pemandangan yang menyenangkan dan memberi pesan akan arti proses pembelajaran yang bermakna.
Proses pemajangan tetap melibatkan peserta didik dan guru, baik proses tempat pemajangan dan memeliharanya. Pada materi pembelajaran terdapat hasil karya berupa proyek yang menuntut siswa menghasilkan karya. Secara tidak langsung siswa terlatih menggunakan alat dan bahan seperti gunting, lem, penggaris, dan mewarnai. Siswa juga dapat mengembangkan keterampilan berorganisasi dan pengambilan keputusan. Semua karya siswa bisa dipajangkan dan dihimpun dalam satu tempat yang biasa disebut kumpulan tugas maupun karya siswa dalam bentuk fortofolio.
Mengapa kita selalu memajang hasil karya siswa. Demikian komentar guru setiap melakukan tindakan tersebut. Sebagai guru senantiasa memberi motivasi, bahwa apa yang kita lihat, baca, renungkan, akan menghasilkan karya yang sungguh luar biasa. Menghargai karya siswa oleh guru adalah bentuk penghargaan yang tertinggi.  
Ø  Menonton film pendidikan
Menonton film merupakan bagian dari literasi visual. Literasi visual ini merupakan bagian literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audio-visual secara kritis dan bermartabat. Dalam kurung waktu satu semester akan diadakan nonton film  dua kali. Tentu harapan kita dari kegiatan ini adalah memotivasi anak untuk lebih giat belajar, membaca, dan tidak mudah putus asa akan kehidupan yang mereka jalani. Melalui film pendidikan banyak hikmah hidup yang bisa dijadikan panutan dan memotivasi hidup.
Film pendidikan yang ditayangkan tentunya memiliki karakteristik yang tidak dimiliki film lainnya. Film pendidikan tentunya mudah dipahami, alur ceritanya sederhana namun penuh makna, membentuk karakter peserta didik (masyarakat), mempunyai tujuan yang jelas, dan mengembangkan sikap mental.
Pengalaman dari menonton film pendidikan dapat memberikan efektivitas peserta didik dalam mengolah imajinasinya untuk membedakan tayangan yang sifatnya dapat merusak mental. Setelah siswa menonton film, bersama dengan guru mendiskusikan atau mengadakan bedah film. Ini dilakukan pada kegiatan reading day pada jam kedua dari jam pembelajaran dalam satu hari. Siswa diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya atau memaparkan apa yang sudah di nonton dari film tersebut.
Ø  Reading Day
Untuk mendapatkan informasi yang lebih tentu kita perlu banyak membaca. Dengan membaca kita akan menjelajahi dunia. Itulah sekadar informasi yang selalu disampaikan kepada peserta didik pada hari membaca atau reading day  yang dilaksanakan satu kali dalam sebulan. Pada hari itu dilaksanakan berbagai kegiatan diantaranya;  membaca baik guru maupun siswa di kelas,  nonton film pendidikan, mempersentasikan menu makanan yang dibawa ke sekolah, membuat puisi berdasarkan benda ataupun lingkungan yang sudah ditentukan, membaca cepat, dan mengarang. Kesemuanya itu didesain dengan penuh keceriaan dan peserta didik seakan berpesta ceria pada hari itu.

Kegiatan semacam itu dapat menumbuhkan semangat dan minat baca siswa. Tidak sampai disitu, setiap hari seninnya selesai upacara diumumkan siswa yang literasinya aktif selama satu bulan penuh. Tentunya setiap kelas ada juaranya. Kegiatan ini dimulai pada bulan september. Pemenangnya didapatkan dengan melalui penilaian masing-masing guru kelas.
Diakhir tahun pelajaran kami sudah rencanakan untuk meresmikan rumah belajar yang tempatnya ada di pohon sudut lapangan. Rumah belajar ini nantinya menjadi inovasi selanjutnya yang melibatkan pengawas dan komite sekolah. Semua bahan dan alat untuk pembuatan rumah belajar di biayai oleh masyarakat. Bersamaan dengan itu akan direncanakan pameran literasi. Semua orang tua siswa akan diundang untuk melihat hasil karya anaknya. Ruang kelas dan halaman sekolah kita manfaatkan untuk kegiatan ini.
Membaca, menulis, menonton film pendidikan,dan  pameran literasi hendaknya dilakukan supaya ide berkembang. Karena dengan membaca hidup akan menjadi berkualitas. Dengan menulis kita akan dikenang sepanjang masa. Siswa membaca akan membuktikan ide dan budaya baca yang maksimal. Gerakan literasi Sekolah akan terwujud ketika kita bergandeng tangan, bersatu dan menyatu dengan siapa saja. Kita jadikan buku sebagai teman dan sahabat yang akan menemani kita dikalah susah maupun senang. Semangat literasi tidak sampai disitu selama masih ada peserta didik dan keinginan untuk berubah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed Template By Blogger Templates - Powered by Sagusablog